JAKARTA – Bahasa cinta atau love languages adalah suatu perilaku yang menggambarkan cara seseorang merasa dicintai dan dihargai. Dalam buku The Five Love Languages: How to Express Heartfelt Commitment to Your Mate karya Gary Chapman, ada lima bahasa yang bisa ditemui.
Lima bahasa cinta tersebut, yakni pujian (word of affirmation), menghabiskan waktu bersama (quality time), sentuhan (physical touch), menerima hadiah (receiving gifts), dan pelayanan (act of service).
Setiap orang tentu memiliki bahasa cinta yang berbeda-beda, tergantung pada tipe kepribadian masing-masing.
Apabila dua orang yang sedang menjalin hubungan asmara bisa memahami bahasa cinta masing-masing, maka bisa dipastikan hubungan tersebut berjalan lancar. Sebaliknya, apabila salah satu pihak tidak memahami bahasa cintanya, maka kemungkinan terjadi konflik atau kesalahpahaman dalam hubungan pun semakin besar.
Dua orang yang memiliki bahasa cinta berbeda tetap bisa menjalin hubungan asmara.
1. Memahami bahasa cinta diri sendiri dan pasangan
Kunci utama agar hubungan mereka langgeng adalah memahami bahasa cinta diri sendiri dan pasangan.
Artinya, Kita perlu mencari tahu kebutuhan bahasa cinta diri sendiri dan pasangan terlebih dahulu sebelum melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius.
Pada dasarnya, setiap orang memiliki lima bahasa cinta seperti yang disebutkan Gary Chapman. Namun, setiap orang memiliki persentase kebutuhan bahasa cinta yang berbeda-beda.
Dengan mengetahui bahasa cinta diri dan pasangan, Mama bisa mencari tahu kapan pasangan bahagia, bagaimana cara membahagiakan pasangan, begitupun sebaliknya.
2. Komunikasikan bahasa cinta dengan pasangan
Setelah mengetahui bahasa cinta diri sendiri dan pasangan, saatnya kita dan pasangan mendiskusikan bahasa cinta masing-masing dan menyampaikan apa yang dibutuhkan agar merasa dicintai. Diskusi perlu dilakukan terutama jika bahasa cinta kita dan pasangan berbeda.
Jangan ragu untuk mengatakan apa saja yang membuat kita merasa dicintai dan apa yang harus pasangan lakukan untuk menjaga keharmonisan hubungan. Apabila Kita hanya menyampaikan bahasa cinta diri sendiri, tanpa berani mengungkapkan kebutuhan untuk dicintai, maka akan terjadi kesalahpahaman dalam hubungan.
3. Saling menghargai bahasa cinta
Tidak ada salah dan benar dalam bahasa cinta. Setiap orang hanya memiliki cara yang berbeda untuk dicintai dan diapresiasi. Itulah sebabnya, Kita dan pasangan perlu saling menghargai bahasa cinta masing-masing.
Tidak ada salah dan benar dari bahasa cinta yang berbeda. Kita hanya perlu menghargai dan memahami perbedaan tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman dan konflik dalam hubungan. Jika perlu, Kita bisa bertanya langsung kepada pasangan apa yang dia butuhkan agar merasa dihargai.
4. Belajar bahasa bahasa cinta
Perlu belajar kebutuhan setiap bahasa cinta agar bisa menjalin hubungan yang harmonis. Seperti disinggung sebelumnya bahwa setiap orang memiliki lima bahasa cinta dengan persentase yang berbeda-beda. Itulah sebabnya, Kita perlu belajar semua kebutuhan bahasa cinta agar bisa lebih memahami kebutuhan pasangan.
Misalnya, bahasa cinta kita adalah quality time, sedangkan bahasa cinta pasangan adalah words of affirmation. Maka, Kita perlu belajar menghargai pasangan dengan memberikan pujian atas perhatian-perhatian kecil yang dia lakukan.
Sementara itu, pasangan juga perlu belajar meluangkan waktu untuk bertemu di tengah kesibukannya. Dengan begitu, hubungan bisa berjalan harmonis, tanpa terjadi kesalahpahaman.
5. Saling mengapresiasi bahasa cinta
Selain memahami perbedaan dari bahasa cinta, kita dan pasangan juga perlu mengapresiasi bahasa cinta masing-masing guna meminimalisir konflik.
Meskipun bahasa cinta yang diberikan pasangan berbeda dengan bahasa cinta kita, tapi cobalah untuk memberikan apresiasi kepada pasangan. Sebaliknya, pasangan juga perlu belajar mengapresiasi bahasa cinta yang Kita berikan kepadanya.
Perlu diingat bahwa tidak semua hubungan yang langgeng berasal dari pasangan yang memiliki bahasa cinta yang sama. Tidak masalah jika bahasa cinta kita dan pasangan berbeda selama masih bisa saling memahami satu sama lain. (Silvia Andriani)
Discussion about this post