Trio Kuda, musik asal Jakarta yang dikenal dengan gaya ekstrem dan eksperimental, akhirnya resmi merilis album penuh perdana bertajuk “Thrash Blues.” Di bawah naungan Blues One Records, album ini menandai tonggak penting perjalanan band yang digawangi oleh Anov Blues One, Reza Arfandy, dan Sastra Cipta Abyad — tiga musisi yang memilih melawan arus industri musik konvensional.
Berisi tujuh lagu, mulai dari “Welcome”, “Sikat!”, “Killing Zone”, “Stay Alive”, “Satisfaction”, “Surga Atau Neraka”, hingga “Setitik Cahaya”, album Thrash Blues menghadirkan perpaduan yang jarang terdengar: blues rock yang emosional bertemu dengan energi liar thrash metal klasik.
Lagu “Setitik Cahaya” dijadikan focus track, mewakili semangat dan arah musikal Trio Kuda.
“Album ini bukan sekadar musik, tapi juga sikap. Kami menolak standar industri dan memilih jalan yang lebih jujur,” ujar Reza Arfandy, vokalis sekaligus gitaris rhythm-bass silang.
Yang membuat Trio Kuda unik, formasinya hanya terdiri dari tiga personel tanpa pemain bass.
Anov Blues One memainkan gitar cangkul — alat buatan sendiri dari gagang cangkul dan satu senar — simbol perlawanan terhadap kemewahan dan bentuk penghormatan pada akar musik rakyat.
Sementara Sastra Abyad menabuh drum pad sederhana yang bisa dimainkan di mana saja, mencerminkan filosofi spontanitas dan kejujuran dalam bermusik.
Rekaman Thrash Blues dilakukan dengan pendekatan cepat dan raw, memakai perangkat mobile di berbagai lokasi. Proses ini menghidupkan kembali semangat musisi blues lawas yang lebih mengutamakan ekspresi ketimbang kemewahan produksi.
Secara musikal, Trio Kuda menggabungkan dua dunia: Buddy Guy, Stevie Ray Vaughan, dan The White Stripes di sisi blues rock, serta Motörhead, Megadeth, dan Anthrax di jalur thrash metal. Hasilnya? Bunyi yang keras, mentah, dan penuh tenaga, tapi tetap sarat makna sosial dan emosi yang dalam.
Sebelum merilis album ini, Trio Kuda sudah mencuri perhatian lewat satu EP dan beberapa single seperti “Sikat!” dan “Stay Alive.” Lagu “Setitik Cahaya” sendiri pernah dirilis lebih dulu dalam proyek kolaborasi antara Reza dan Anov sebelum resmi membentuk Trio Kuda bersama Sastra.
“Dengan Thrash Blues, kami ingin mengukuhkan diri sebagai salah satu suara paling liar dan otentik di skena musik alternatif Indonesia,” tegas Anov Blues One.
Untuk para penikmat musik yang mencari sesuatu yang berbeda, Thrash Blues bukan sekadar album — tapi pernyataan sikap.
Sebuah undangan untuk masuk ke dunia Trio Kuda: dunia di mana gitar cangkul bisa mengaum, dan musik menjadi bentuk perlawanan.
Seluruh lagu dari Thrash Blues kini sudah bisa dinikmati di berbagai platform musik digital.















Discussion about this post